Haihaihai guys. Ana punya contoh analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel indonesia nih buat antum yang lagi galau ngerjain tugas Bahasa Indonesia =D Silakan dibaca ya! Semoga bermanfaat ^^ Syukron ? ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL INDONESIA “ Hafalan Sholat Delisa – Tere Liye ’’ UNSUR INTRINSIK. Tema: Perjuangan dan Ketegaran Delisa dalam menghafal bacaan sholat. Tokoh:. Delisa.
Ummi Salamah. Abi Usman. Kak Fatimah. Kak Zahra.
Kak Aisyah. Umam.
Tiur. Ustadz Rahman. Bu Guru Nur. Koh Acan. Sersan Ahmad. Sophi. Prajurit Salam / Smith.
Penokohan. Delisa. Susah bangun Kutipan: “Yeee, Delisa jangankan digerak gerakkan kencang-kencang, speaker meunasah ditaruh di kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga!” Aisyah membela diri. (Hal 2). Pelupa Kutipan: “Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek di atas mejanya dulu, kalau nyari sesuatu!’ Fatimah mengingatkan.Hal 49).
'The Little Prince' is many millions of copies and hundreds of translations of the book. Most Popular in Poland, however, is perhaps the translation of Jan Szwykowski. Most Popular in Poland, however, is perhaps the translation of Jan Szwykowski.
Penyayang Kutipan: “Delisa. Cinta Ummi karena Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu,Tetapi suara itu berharga.
Amat menggetarkan. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati. (Hal 53). Suka berbagi Kutipan: “Kak Aisyah tenang aja, Nanti Delisa kasih pinjam deh!” Delisa sudah berseru duluan. (Hal 14) Delisa buru-buru membuka bungkus coklatnya. Memotongnya separuh.
Menyerahkan potongan itu pada kak Aisyah.(Hal 62) ”Kak Copi potong aja separuhnya.” Delisa berkata sambil tersenyum saat Shopi hendak menyerahkan lagi cokelat yang sudah terbuka. Shopi tertegun. Ia mengerti sekarang, gadis kecil di hadapannya ternyata hendak berbagi. (Hal 135).
Tegar Kutipan: “Kaki Kaki Delisa dipotong Bi!” Delisa menyeringai. Abi mengeluh Ya Allah, pemandangan ini sungguh sangat menyakitkan, teramat menusuk hatinya. Lihatlah, Delisa ringan saja menyampaikan semua berita itu.(Hal 144). Taat pada Allah Kutipan: Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi Delisa sedang khusyuk. Delisa ingin menyelesaikan shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu.
Maka Ia tidak bergeming dari berdirinya.(Hal 71). Mempunyai sikap Optimisme Kutipan: Ia justru banyak berpikir sekarang. Pasti ada cara yang lebih baik untuk menghafal bacaan-bacaan itu. Pantang Menyerah Kutipan: ”Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna.
Delisa sekarang hafal bacaannya Delisa tidak lupa seperti tadi shubuh (Hal 71). Ummi Salamah.
Bijaksana Kutipan: Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan pekerjaan itu, agar Aisyah lebih bertanggung-jawab atas adiknya. “Nah, kalau bukan untuk kalung, kamu nggak sepantasnya cemburu dengan hadiah adikmu kan? Ah iya, besok lusa kan kita bisa pergi ke tempat Koh Acan lagi masing-masing nanti beli huruf untuk kalungnya. Penyayang Kutipan: “Ummi Cinta Delisa karena Allah!” Ummi Salamah terisak memluk bungsunya.
Memeluknya erat. (Hal 53).
Abi Usman. Pekerja keras Kutipan: Abi bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Pengertian Kutipan: “Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali.
Insya Allah jauh lebih cepat sekarang Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya. (Hal 151). Perhatian Kutipan: “Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?”(Hal 226).
Kak Fatimah. Tegas Kutipan: “Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak apa?” (Hal 2). Sabar Kutipan: “Delisa bangun, sayang Shubuh!” (Hal 2). Kak Aisyah. Keras Kepala Kutipan: “ Yee, Delisa jangankan digerak-gerakkan kencang-kencang, speaker meunasah di taruh di kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga” (Hal 2). Egois Kutipan: “Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya. Bikin repot saja!” (Hal 8).
Iri Kutipan: “Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus! Kenapa kalung Delisa lebih bagus dibandingkan dengan kalung Aisyah lebih bagus dari kalung Zahra kalung Kak Fatimah.” (Hal 32).
Kak Zahra. Sabar Kutipan:”Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang lainkan?” (Hal 49).
Pendiam Kutipan: Hening tak memperdulikan kegiatan Delisa. Lebih hening dari pada Zahra yang memang pendiam. (Hal 25). Umam. Nakal Kutipan: “Maafin Umam, Umi. Umam ngaku, Umam yang ngambil uang belanja Umi”. Jahil Kutipan: Ustadz Rahman yang barusan melolotin Teuku Umam yang lagi ijeng menjawil Jilbab Tiur.
(Hal 38). Tiur. Baik Kutipan: “Ayo Delisa, aku ajarin naik sepedanya” (Hal 47).
Ustadz Rahman. Pengetian Kutipan: “Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali Baca berkali-kali nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa.” (Hal 38). Bijaksana Kutipan: Bukan Ustadz Rahman tidak mau menjelaskan panjang lebar. Tetapi mengajari anak kecil seperti Delisa, harus ada tehniknya. (Hal 39).
Bu Guru Nur. Pintar membesarkan hati Kutipan: Ibu Guru Nur sungguh pintar membesarkan hati.
(Hal 66). Koh Acan. Baik Hati Kutipan: “TidaklahKalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!” (Hal 20). Sersan Ahmad.
Tegas Kutipan: “CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Sersan Ahmad galak menatap pasukannya yang begitu lamban. Sophie. Perhatian Kutipan: “ Kamu hari ini mandi, ya Sebentar, kakak siapkan dulu airnya “ ( Hal 132). Smith. Perhatian Kutipan: “Bagaimana Shopie?
Apakah keadaan anak itu berubah?”. ALUR Alur dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”, yaitu Alur Maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:.
Pengenalan/ awal cerita Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang anak bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal bacaan shalatnya.
Delisa selalu susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa.
Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak sehingga Abi Delisa pulang 3 bulan sekali. Timbulnya konflik / titik awal pertikaian Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelikan kalung oleh ibu sebagai hadiah telah menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan kalung yang dibelikan ibu kepada kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau iri terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada Delisa. Puncak konflik/titik puncak cerita Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat.
Gempa itu berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar seperti apa. Padahal semua murid yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa.
Setelah gempa mereda, air laut seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini. Ternyata gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi, langsung meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh Acan bahwa semua anggota keluarganya telah meninggal.
Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai saat ini belum ditemukan juga. Antiklimaks Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota keluarganya kecuali Abi.
Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak ingin membuat Abi sedih.
Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin sulit untuk dihafal. Penyelesaian Masalah Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung dari Ummi. Delisa menghafal bacaan shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi.
Dan sekarang Delisa sudah dapat mengingat seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu ikhlas dalam melakukan apapun dan jangan mengharapkan suatu imbalan. LATAR. Latar Tempat. Lhok Nga Kutipan: Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap (Hal 1).
Kamar Rawat Kutipan:Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil apa (Hal 132). Hutan Kutipan: Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hal 109) Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hal 109). Tenda darurat Kutipan: Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut. (Hal 156) Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut (Hal 156).
Latar Waktu. Pagi hari Kutipan:Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu (Hal1) Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota (Hal 5). Siang hari Kutipan: Sinar terik matahari mengembalikan panca-indranya. (Hal 92). Sore hari Kutipan: Matahari bergerak menghujam bumi semakin rendah.
Jingga memenuhi langit (Hal 46). Dini Hari Kutipan: Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45 (Hal 112).
Latar Suasana. Ramai Kutipan: Pasar Lhok Nga ramai sekali.
Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja. (Hal 19). Senang Kutipan: “Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17). Sedih Kutipan: Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah.
Ya Allah, kami belum pernah melihat kehancuran seperti ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang kubah masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. (Hal 81). SUDUT PANDANG Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita. Kutipan: “Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53). Gaya Bahasa. Gaya Hiperbola Kutipan: “Ya Allah kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53) “Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya.
Lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu”. (Hal 108). Gaya Personifikasi Kutipan:”Gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai” (Hal 70) “Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat”. (Hal 70). Gaya Metafora Kutipan: “Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang”.
(Hal 70). AMANAT Amanat yang dapat diambil dari novel “Hafalan Sholat Delisa” yaitu Apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya. Namun apabila kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas. Kehidupan dan Kematian memang kehendak dari Allah SWT.
Kehidupan yang kekal yakni bKehidupan akhirat. Kenikmatan akan diberikan pada setiap hamba yang beramal sholeh dan siksaan dan kepedihan hanyalah untuk hamba yang ingkar. Maka hendaknya kita memanfaatkan kehidupan kita di dunia hanyalah untuk beribadah pada Allah. Tanamkan sikap zuhud dan senaantiasa beramal sholeh. Hidup untuk Yang Maha Hidup. UNSUR EKSTRINSIK.
Latar Belakang Penulis “Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis Indonesia yang diambil dari bahasa India dengan arti: untukmu.
Based on the Malay trade dialect, Bahasa Indonesia is the national language of the Republic of Indonesia. It unites the over 254 million people of Indonesia (2014), whose native tongue may be one of the over 300 distinct languages or regional dialects. Older people may speak some Dutch and English is the foreign language of choice for business, tourism and academia. While it may be technically possible for foreigners to live in Jakarta, Bali, or other big cities without learning/speaking Bahasa Indonesia, it is highly recommended that you obtain a working knowledge of the Indonesian national language. An inability to communicate in Bahasa Indonesia will cut you off from the mainstream of society, and dealing with those Indonesians who don't speak your foreign language will be very difficult. By not learning the language, you also deny yourself the rich cultural experience of fully communicating with those from another culture.
Indonesians are very appreciative of foreigners who make the effort to learn Bahasa Indonesia and build relationships with them. Both business and personal relationships with Indonesians will improve because of the effort made to learn their language.: Government trying (again) to require expats to learn Bahasa Indonesia Learning Bahasa Indonesia The best time to start learning Bahasa Indonesia is before you even make your move to Indonesia, however it may be difficult to find language materials in your home country. You may want to ask your sponsoring company to help you obtain CDs and books several months before you move, so that you can start becoming used to the sound of the language and start familiarizing yourself with its structure and vocabulary.
Another option is joining online courses. There are free online Indonesian courses available, even though the materials offered are fairly limited and mostly for beginner level. Bahasa Indonesia is not as difficult to learn as many other foreign languages; for example, verbs aren't conjugated as in English and French. Bahasa Indonesia also uses the same alphabet as English, making it much easier to learn when compared to other Asian languages where tonal differences and pictograph written languages are common. Formal Courses Soon after your arrival in Indonesia, you may want to make it a priority to register for a Bahasa Indonesia course.
Often your sponsoring company will pay for at least 40 hours of instruction. There are several excellent schools and community organizations in Jakarta (and other cities) which have comprehensive, structured programs to help you begin learning Indonesian. Theh importance of learning Indonesian properly from the beginning cannot be stressed enough. An advantage of signing up for a course is that it's a great place to meet other newcomers and make friends. The people that you will be taking the course with will also be facing many of the settling in and adjustment challenges that you too face as a newcomer. Their advice and sharing newly discovered resources will help to ease your transition. Some people find they are more committee to attend a class rather than arrange for a private tutor.
Several schools offer 2 and 4 week intensive programs, in Bali or Yogyakarta, where you can study for the full day and have some enjoyable cultural experiences as well. These schools are suited for expats who need to learn Bahasa Indonesia quickly, such as diplomats or those with jobs where they have a lot of interaction with Indonesians who don't speak English (or another foreign language), or any expat who is fully committed to learning the language early in their stay. Tutors Some expats opt for private lessons in their home or office from private tutors because of their time restrictions or wanting to save on travel time.
This option tends to be the most expensive, however gives the opportunity for the instruction to be tailored to specifically meet your needs. Even though the tutor may come highly recommended from other expats, that does not ensure the quality of their instruction. Teachers that are employed from quality schools may be the most qualified and have a proven curriculum that they will follow. You may, however, just want to cover specific sections of the course that best meet your specific needs. You may also find it useful to meet with a tutor for a period after you have completed several levels of a formal course. That way they can help you with any special requirements or challenging aspects of the languages that you may be encountering. Self-Taught Bahasa Indonesia Some expats opt to learn Bahasa Indonesia on their own.
Excellent books to learn Bahasa Indonesia are available in bookstores in the major cities. Once you are in Indonesia, you will have the opportunity to practice your fledgling Indonesian with your household staff, driver, vendors, people you meet in the stores, and social encounters. The diligent will quickly pick up enough Bahasa Indonesia to feel comfortable interacting with Indonesians on a daily basis. The Bahasa Indonesia that is used on a daily basis by Indonesians is quite different than what you may learn in a formal course, though most Indonesians will certainly understand formal Indonesian grammar as well as the more relaxed versions. Look at your needs and who you will be speaking with to determine the best method for you to learn the language. Pen Pals and Indonesian Friends True fluency in a language requires active use of the language. Many expats find it helpful to get a pen pal or have a 'language buddy' relationship with an Indonesian where you help each other to learn a desired language by sharing your skills.
This can be as simple as setting up a time to meet once or twice a week where you focus on learning language and developing a friendship over coffee or even just emailing each other any questions you have about the language. Many Indonesians want to learn English, or French, or German so if you want to learn Bahasa Indonesia, offer to 'trade' skills by investing time in each other's language studies. Obviously you can pay a private tutor to do the same thing, but this type of a relationship is based on mutual benefit and doesn't involve payment which is great if you're on a limited budget. One time you focus on helping the expat to learn Indonesian, and the next time you meet you focus on helping the Indonesian to learn the foreign language. A place to chat with Indonesians wanting to learn English or to find an Indonesian pen pal is on the.
Audio Phrases To get you started and introduce you to the Indonesian national language, here are some basic phrases in Bahasa Indonesia. Click on the link to the Indonesian phrase below to hear the phrase in Indonesian: First Encounters How are you? Good/ Not so good. What’s your name? My name is Anna. Where are you from?
I’m from Australia. Where do you live? I live in Jakarta. Are you married? Yes, already/ Not Yet.
Nice to meet you. Do you speak English? Does anyone speaks English? I don’t speak Indonesian well. May I ask you? I don’t understand What is (chair) in Indonesian? What does (lampu) mean?
You’re welcome. Are there any questions?
Please pronounce/ say it. Please speak slowly. Please repeat. Please spell it out for me. Please write.
Please listen. Please come in. Please sit down. Don't read it. Don't write it.
For more First Encounters phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the. Hello, Goodbye and Well Wishes Good morning (dawn – 11.00am) Good day (11.00am – 3.00pm) Good afternoon (3.00pm – sunset) Good evening (sunset – dawn) Good bye Good bye (lit. Until we meet again) Good bye (to someone leaving) Good bye (to someone staying) Enjoy your meal! Enjoy your drink! Happy studying! Happy working! Happy birthday!
Happy wedding anniversary! Happy Wedding!
Best of luck for entering new life.) Merry Christmas! Happy New Year!
Happy Idul Fitri! Happy Vesak Day!
For more Hello, Goodbye and Good Wishes phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the. Asking and Telling Time What time is it now? Half past three. A quarter past nine. A quarter to five.
20 minutes to 12. Ten minutes past four.
Five minutes past nine. Half A quarter Past (after the hour) To (before the hour) What time does the plane/bus/train leave?
The plane/bus/train leaves at (9.00). What time does the plane/bus/train arrive? The plane/bus/train arrives at (8.00). What time does the museum/shop/office open? The museum/shop/office opens at (9.30).
What time does the museum/shop/office close? The museum/shop/office closes at (5.00). What time does the film/school/performance start? The film/school/performance starts at (6.00).
What time does the film/school/performance finish? The film/school/performance finishes at (8.00). For more Asaking and Telling Time phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the. Dates and Days What date is it now? The first of June, 2015.
January February March April May June July August September October November December What day is it today? Today is Monday. Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sunday What day was yesterday? Yesterday was Sunday Yesterday Tomorrow Day after tomorrow Two days ago Two weeks ago Two months ago Two years ago Three more days Three more weeks Three more months Three more years For more Days and Dates phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the. Asking/Giving Directions Where is the post office/market/Australian consulate?
Where is the nearest market? How can I get there? Can you please show it on the map? Is there bus/public transportation going there? Go straight ahead. Turn left/right. Zoo embassy consulate mosque museum market jail library petrol station / gas station Hindu temple restaurant beauty salon school train station park bus terminal stationary shop building material shop clothing shop hardware shop book shop shoe shop supermarket barber university Buddhist temple For more Asking/Giving Directions phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the.
Shopping Do you have batik shirts/necklaces/bracelets? Do you have a plastic bag? Do you have a different size? Do you have my size?
Do you have (this) in different colors? Would you take fifty thousand rupiah? How much does this clothing/book/necklace cost? Can you send overseas? Can I pay by credit card?
Would you accept a lower price? Fixed price This is too big. This is too small.
Expensive cheap I want to buy shoes. I need dictionary.
I’m losing money I don’t want a plastic bag. I don’t want it. I don’t have any money. I’m not interested.
Change of money Wow. That’s very expensive! Yes, we have./No, we don’t. For more Shopping and Colors phrases and more helpful information to learn Bahasa Indonesia, visit the. Copyright © 1997-2018, Expat Web Site Association Jakarta, Indonesia All rights reserved.
The information on Living in Indonesia, A Site for Expatriates may not be retransmitted or reproduced in any form without permission. This information has been compiled from sources which we, the Expat Web Site Association and volunteers related to this site, believe to be reliable. While reasonable care has been taken to ensure that the facts are accurate and up-to-date, opinions and commentary are fair and reasonable, we accept no responsibility for them. The information contained does not make any recommendation upon which you can rely without further personal consideration and is not an offer or a solicitation to buy any products or services from us. Opinions and statements constitute the judgment of the contributors to this web site at the time the information was written and may change without notice.